Pondok Modern Darussalam Gontor - my Inspiring

Mengulas Balik Makna Pondok

Bagikan

Asal Muasal Kata Pondok

Dalam periwayatan yang masyhur, pondok berawal dari kehadiran seorang kiai, kemudian datang beberapa orang santri yang ingin mengecap (belajar) ilmu pengetahuan dari kiai tersebut. Lambat laun intensitas santri yang datang kian menggelembung dan akhirnya rumah singgah kiai tak muat, sehingga timbul inisiatif untuk mendirikan pondok-pondok, kombangan, atau dangau di sekitar masjid dan di sekitar rumah kiai. Di sinilah titik temu sebutan istilah “pondok”.

Pondok V Hotel

Perbedaan signifikan antara pondok dan hotel di antaranya adalah fungsi pemanfaatan dan kinerja. Dalam pondok (baca: pesantren) mengarusutamakan pembelajaran ilmu agama dan umum, dan tidak mendapatkan pelayanan khusus dari petugas, atau yang cenderung kepada pemanjaan. Sedangkan hotel kontradiksi dengan fungsi pondok, karena sebagai tempat singgah dan mendapatkan pelayanan petugas dengan sejumlah pemanjaan.

Pembayaran atau iuran itu adalah bentuk dan wujud tanggung jawab, bukan berarti sewa atau upah, dan dengan uang itulah kita gunakan untuk kepentingan bersama “maslakhatul ammah”  istilah modern sekarang adalah “Zelf bedruiping System” artinya sama-sama membayar iuaran sama-sama dipakai

Esensi Pendidikan di Pondok

Konsep ajaran yang sering digaungkan di pondok adalah “al-i’timadu ala nafsi” dalam bahasa Belanda disebut “Zelf Help”, tidak menggantungkan diri kepada orang lain. Dengan kata lain hidup dan berkehidupan di pondok adalah belajar mencukupi dan menolong diri sendiri. Pemuda yang terdidik untuk menolong diri sendiri ia mampu menghadapi masa depan dengan penuh harapan, jalan hidup luas terbentang di mukanya. Sebaliknya, pemuda yang tak percaya kepada dirinya, ia senantiasa waswas dan ragu-ragu, serta tidak akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, sedang dia sendiri tidak percaya akan dirinya.

Pondok adalah tempat berlatih menjadi orang yang suka dan pandai menolong  bukan hanya selalu ingin mendapat pertolongan, tapi akan lebih intens mengurus diri sendiri, mengatur keuangannya sendiri, mencuci sendiri, dan lain sebagainya.

Perbedaan dasar pendisiplinan dari luar dan dalam. Pada zaman penjajahan, para pemuda terlalu terikat, tidak bebas, sehingga segala gerak-gerik harus menanti perintah, tanpa ada ruang kreasi sendiri.

Ketika keluar dari kungkungan itu jiwanya tidak akan hidup, tidak ada semangat, dan hanya selalu menjadi alat orang lain. Ironisnya, semua itu akan menjadi kebiasaan yang menular kelak di masyarakat.

Tugas lembaga pendidikan ialah membina generasi muda muslim, pria dan wanita, untuk sanggup berkecimpung dan berkompetisi dalam masyarakat bagi pembinaan dan pemberdayaan dunia di berbagai bidang. Dan tidak melupakan hakikat hidupnya dengan sang Pnencipta.

Dalam istilah lainnya membina suatu korp yang benar-benar mengerti tentang agama Islam (thoifah Muttafiqah fii al-din). Tiga hal yang harus dijawab bagi siapa saja yang menyandang gelar santri, pertama, sudahkah isi pengajaran pengetahuan agama kita memadai. Kedua, sudahkah bahan pengajaran, pengalaman, wawasan kita lengkapi dengan pengetahuan yang dapat membahagiakan dan menyiapkan anak didik kita. Ketiga, sudahkah kita sadari bahwa dalam hidup bermasyarakat itu perlu saling tolong menolong, yang berarti persatuan.

Baca juga “Puisi Hakikat”

Tujuan Pembentukan Pondok

Hakikat pondok pesantren terletak pada isi dan jiwanya bukan pada kulitnya, dalam isi itulah kita temukan jasa pondok pesantren bagi umatnya. Pokok isi dari pondok pesantren adalah pendidikannya. Selama beberapa abad pondok pesantren telah memberikan pendidikan batiniyah yang sangat berharga kepada para santri sebagai kader mubalig dan pemimpin umat dalam berbagai bidang kehidupan.

Di dalam pendidikan harus ada jiwa yang kuat yang sangat menentukan filsafat hidup santri. Adapun pelajaran, pengetahuan, yang mereka dapatkan selama bertahun-tahun tinggal di pondok merupakan kelengkapan atau tambahan.

Adapun untuk pembagian pesantren di masyarakat Indonesia, terdapat dua khas: pesantren salaf, dan pesantren modern. Keduanya cenderung memiliki perbedaan dalam metode pengajaran, tapi tidak bertolak belakang pada tujuan mencerdaskan umat.

 

Oleh : Armina dan Setiawan

Dapatkan Promo spesial sekarang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan

Kirim Artikel

Ingin menulis di Inspiring Menulis? Berikut cara mudah untuk mengirim artikel.

Berita terbaru

Masuk | Daftar

Masuk atau daftar dulu biar bisa komen, bikin konten dan atur notifikasi konten favoritmu. Yuk!

Atau Gunakan