Sumber: GoodnewsfromIndonesia.Id

Sejarah Ekonomi Dunia dan Problema The Great Gap

Bagikan

Oleh: Muhammad Agus Setiawan

Awal mula pengertian ekonomi berasal dari kata Yunani kuno oikos dan nomos, hal tersebut telah berlangsung selama beberapa abad sebelum Masehi[1]. Namun, dalam sejarah ilmu pengetahuan umum diakui bahwa ilmu ekonomi (economic)  lahir di Barat yang ditandai oleh karya Adam Smith[2] yang berjudul An Iquiry into the Nature and causes of the wealth of nation (sering disebut the wealth of nation)  pada tahun 1776. Bagaimana pemikiran ekonomi sebelum masa itu? Tidak banyak dicatat, kecuali sedikit gagasan sederhana dan parsial dari pemikiran Yunani Romawi Kuno seperti Aristoteles[3], Plato[4], Cicero atau Xenophone (2-3 abad SM)[5], serta Thomas Aquinas pada 15 abad kemudian (1270)[6]. Pemikiran mereka membahas tentang aspek tertentu dari kegiatan ekonomi, seperti penilaian buruk terhadap pembungaan  uang[7] pada masa berikutnya, yaitu abad 16-18 M. Sejarah mencatat praktik perekonomian Merkantilisme[8] dan pemikiran ekonomi kaum Phisiokrat[9]. Terdapat masa-masa stagnasi antara waktu yang amat panjang dalam sejarah pemikiran ekonomi, sebelum kemudian berkembang pesat pasca lahirnya The Wealth of Natios tahun 1776.

Joseph Schumpter (1954) mengatakan bahwa sebenarnya terdapat suatu great gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama lebih dari 500 tahun[10], yaitu pada masa yang dikenal sebagai the dark ages oleh Barat. Pada masa kegelapan tersebut, Barat dalam keadaan terbelakang, dimana tidak terdapat prestasi intelektual yang gemilang termasuk juga dalam pemikiran ekonomi, misalnya Spiegell (1991) menganggap pada masa Dark Ages tidak terdapat karya pemikiran tentang ekonomi. Spiegel memang membuka sejarah pemikiran ekonomi dari Bible (1M) dan para pemikir Yunani (SM) akan tetapi kemudian setelah melompat ribuan tahun langsung pada pemikiran abad pertengahan. Benarkah Dunia (baca:tidak hanya Barat) mengalami stagnasi dalam pemikiran, termasuk pemikiran ekonomi?

Ternyata penilaian tentang dark age sangat bias dengan kepentingan dunia Barat. Dunia secara keseluruhan tentu bukan hanya Barat, dan Barat tidaklah mewakili dunia secara keseluruhan. Sebenarnya, pada sebagian besar masa dark age  itu justru merupakan masa kegemilangan di dunia Islam, sesuatu hal yang berusaha ditutup tutupi oleh Barat. Pada masa itu banyak karya-karya gemilang di berbagai ilmu, termasuk ilmu ekonomi, yang lahir dari sarjana-sarjana muslim. Jadi sesungguhnya terdapat dua missing link dalam sejarah pemikiran ekonomi, yaitu (1) great gap pada masa dark age dan (2) relasi antara pemikiran Barat dan dunia Islam. Yang lebih menarik, ternyata banyak pemikiran dan para Sarjana Muslim tersebut yang mirip bahkan sama dengan pemikiran sarjana Barat yang hidup ratusan tahun kemudian. Dengan berdasarkan pada historis tranformasi  ilmu pengetahuan dari Timur ke Barat. Apakah hal ini merupakan indikasi bahwa transformasi ilmu ini juga terjadi dalam bidang ekonomi?

Selama ini dianggap bahwa ada suatu gap besar dalam sejarah dunia, termasuk dalam pemikiran ekonomi. Dalam masa dark age di Eropa selama lebih dari 1000 tahun seolah seluruh dunia juga terjadi kegelapan. Pada masa ini seolah “tidak ada dunia” hingga di Eropa terjadi Renaissance. Benarkah pada masa dark age ini tidak ada peradaban dan pemikiran di dunia termasuk ekonomi?

Sumber gambar: GoodnewsfromIndonesia.Id

 

 

 

[1] Perkataan ekonomi berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “Oicos”  yang berarti “Rumah” dan “Nomos”  yang berarti “Aturan”. Maksudnya adalah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga baik setingkat rumah tangga rakyat (Volksshoiding) maupun setingkat rumah tangga negara (Staatshuishouding)  Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007) p. 37

[2] Adam Smith adalah seorang pemikir besar dan ilmuwan kelahiran Kirkaldy Skotlandia tahun 1723, Guru Besar dalam Ilmu Falsafah di Universitas Edinburgh, perhatiannya bidang logika dan etika, yang kemudian semakin diarahkan kepada masalah-masalah ekonomi. Ia sering bertukar pikiran dengan Quesnay, Turgot, dan Voltaire.  Lihat Sejarah Pemikiran Ekonomi Pra Klasik, Klasik, Sosialis dan Neoklasik,

“Economics is the study of choice. It studies how people choose and ought to choose to use scarce or limited production resources, to produce various commodities, and to distribute these goods to various members of society for their consumption”

Piderit, J. J. . The Ethical Foundations of Economics. (Washington, D.C.: George Town University Press. Robbins, 1993)

[3] Aristoteles merupakan tokoh pemikir ulung yang sangat tajam, dan menjadi dasar anaisis ilmuan modern sebab analisisnya berpangkal dari data. Konsep pemikiran ekonominya didasarkan pada konsep pengelolaan rumah tangga yang baik, melalui tukar menukar. Aristoteleslah yang membedakan dua macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran uang dan pinjam meminjam uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat tukar menukar saja, jika menumpuk kekayaan dengan jalan minta atau mengembalil riba, maka uang menjadi mandul atau tidak produktif.

[4] Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi, mencerminkan pola pikir tradisi kaum ningrat, ia memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan mengejar kekayaan. Plato menyadari bahwa produksi merupakan basis  suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi)  pekerjaan dalam masyarakat yaitu merupakan suatu keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi  kemudian dikembangkan oleh Adam Smith.

[5] Xenophone adalah seorang prajurit, sejarawan, dan murid Socrates yang mengarang buku Oikonomikus (pengelolaan rumah tangga). Inti pemikiran Xenophone adalah pertanian dipandang sebagai dasar kesehjatraan ekonomi, pelayaran dan perniagaan yang dianjurkan untuk dikembangkan oleh negara, modal patungan dalam usaha, spesialisasi  dan pembagian kerja, konsep perbudakan dan sektor pertambangan menjadi milik bersama.

[6] Thomas Aquinas seorang filsuf dan tokoh pemikir ekonomi pada abad pertengahan, mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua, yaitu keadilan distributive dan keadilan konvensasi, dengan menegakkan hukum Tuhan maka dalam Jual beli harus dilakukan dengan harga yang adil (just-price) sedang bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga yang layak ini merupakan masalah yang terus menerus diperdebatkan dalam ilmu ekonomi.

[7] bagi aristoteles bunga  adalah “ Jenis pencarian uang yang paling dibenci dan berdasarkan alasan besar…. yang menciptakan keuntungan hasil dari uang itu sendiri dan bukan dari penggunaan alamiahnya, sebab uang dimaksudkan untuk proses pertukaran semata, bukan untuk memperbesar bunga”. Bunga merupakan uang yang berasal dari uang yang keberadaannya dari sesuatu yang belum tentu dan pasti terjadi. Dengan demikian, pengambilan bunga secara tetap merupakan tindakan yang tidak adil (Jowett, 1965). Sikap demikian juga muncul dari Plato, Cato Cierro, maupun St. Thomas Aquinas. Lebih lanjut Thomas Aquinas menyatakan bahwa memungut bunga adalah perbuatan yang adil, sebab ia merupakan suatu tagihan atas piutang yang tidak ada. Sesuatu yang tidak dapat dinikmati kecuali dengan membelanjakan maka kegunaan melekat pada itu sesuatu itu sendiri. Oleh karenanya, orang yang meminjamkan kepada orang lain tidak boleh meminta upah atas pinjaman yang diberikan.

[8] Merkantilisme merupakan model kebijakan ekonomi dengan campur tangan pemerintah yang dominan, proteksionisme serta politik kolonial, ditujukan dengan neraca perdagangan luar negeri yang menguntungkan.

[9] Mazhab Phisiokrat  tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir yang paling terkenal pada abad madzhab ini adalah Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjalankan arus lingkaran ekonomi.

[10] Para sejarawan Barat telah menulis sejarah ekonomi dengan sebuah asumsi periode antara Yunani dan Skolastis adalah steril dan tidak produktif. Sebagai contoh, sejarawan sekaligus ekonomi terkemuka, Joseph Schumpter, sama sekali mengabaikan peranan kaum muslimin. Ia memulai penulisan sejarah ekonominya dari para filsuf yunani dan langsung melakukan loncatan jauh selama 500 tahun, dikenal segabagai The Greap Gap,  ke zaman St Thomas Aquinas (1225-1275M). Adalah hal yang sangat sulit untuk dipahami mengapa para ilmuwan barat tidak menyadari bahwa sejarah pengetahuan merupakan proses yang berkesinambungan yang dibangun atas pondasi yang diletakkan oleh para ilmuwan generasi sebelumnya, jika proses ini disadari sepenuhnya, menurut Chapra. Schumpter mungkin tidak mengasumsikan adanya kesenjangan yang besar selama 500 tahun, tetapi mencoba menemukan pondasi diatas para ilmuwan Skolastik dan Barat dalam membangun intelektuall mereka

[11] Hendri Anto, Pengantar EKonomi Mikro Islam (Yogyakarta: Ekonosia, 2003) p.70-71

Eh, udah tau belum GoPay ada app baru? Download deh. Dapet 10,000 Coins GRATIS pas upgrade ke GoPay Plus. Tinggal verifikasi KTP aja. Ini link downloadnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan

Berita Populer

Kirim Artikel

Ingin menulis di Inspiring Menulis? Berikut cara mudah untuk mengirim artikel.

Berita terbaru

Melody Ayunan Rasa

pada kenyataannya jika tidak ada komunikasi itumungkin tidak akan ada

Peduli Palestina

Inspiring Solidarity For Palestine Rp6.656.412 Terkumpul dari Rp10.000.000 68 Donasi

Masuk | Daftar

Masuk atau daftar dulu biar bisa komen, bikin konten dan atur notifikasi konten favoritmu. Yuk!

Atau Gunakan