Salah satu ciri utama yang dimiliki masyarakat Indonesia adalah keragaman budaya. Dari zaman kerajaan sampai negara kesatuan. Keragaman itu masih tetap kokoh, bahkan terus bertambah. Indonesia merupakan salah satu tempat bersinggungan berbagai macam budaya dan agama. Proses asimilasi dan akulturasi sering terlihat dalam gerak-gerik praktis nuansa kehidupan yang ada di dalamnya, misal, budaya Islam Jawa.
Islam di Jawa terlalu banyak terkontaminasi unsur budaya. Bahkan, terlalu banyak yang mengamalkan budaya Jawa yang dianggapnya sebuah ajaran dalam Islam. Agama Islam yang disebarkan Nabi Muhammad adalah Islam sejati. Islam yang asli memancarkan budaya syar’i, yakni bentuk pemahaman dan pengamalan Nabi atas agama yang belum dipengaruhi unsur budaya lokal. Budaya Arab jahiliyah yang menyembah berhala itu oleh Nabi Muhammad dinamakan syirik, sedangkan agama Islam memperkenalkan agama tauhid yang hanya menyembah Tuhan (Allah), seperti dalam surat Ali-Imron ayat 85;
وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْر الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ االْخٰسِرِيْنَ
Artinya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.”
Tampaknya para wali di Jawa dalam berdakwah lebih memilih pendekatan kompromistik mengingat latar belakang sosiologis masyarakat Jawa yang lekat dengan tradisi nenek moyang mereka. Pada saat itu, para wali menyisipkan dakwah Islam di kalangan masyarakat bawah melalui daerah pesisir yang jauh dari pengawasan kerajaan Majapahit. Para wali dan segenap masyarakat pedesaan membangun tradisi budaya baru melalui pesantren sebagai basis kekuatan.
Kekuatan-kekuatan yang digalang para wali pada akhirnya menandingi kekuatan wibawa kebesaran kerajaan Jawa-Hindu yang makin lama makin surut, dan akhirnya runtuh. Sementara itu, temuan Greetz menunjukkan ada ciri khusus tentang keberagamaan masyarakat Jawa, khususnya masyarakat muslimnya. Budaya yang berkembang di Jawa ikut mempengaruhi sikap keberagamaan masyarakatnya. Keberagaman ini tidak hanya terjadi di kota, namun di daerah-daerah lain, seperti Yogyakarta dan Surakarta.
Di Yogyakarta, terdapat tradisi Mulud atau peringatan hari lahir Nabi Muhammad. Masyarakat Yogya mengadakan acara yang disebut Sekaten, yang bernuansa agama dan budaya. Berpusat di Keraton Ngayogyakarta. Nuansa keagamaan kental terasa pada saat Grebeg Mulud yang memang diadakan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Biasanya acara ini berpusat di Masjid Agung Keraton Ngayogyakarta dan alun-alun utara.
Di Mojokerto, terdapat tradisi yang juga diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, yaitu Kresan atau Grebeg Keres. Tradisi ini berupa hasil bumi yang digantung di batang pohon keres dari dahan paling tinggi hingga pangkal. Para warga nantinya akan berebut hasil bumi tersebut. Pohon keres sendiri di simbolkan sebagai kelahiran Nabi Muhammad yang membawa banyak berkah.
Di Madiun terdapat tradisi unik lainnya yang juga dilaksanakan dalam rangka memperingati lahirnya Rasullullah, disebut Sebar Udikan. Para warga akan berebut koin atau uang seharga jutaan rupiah yang terdapat di depan rumah warga. Kemudian acara megengan diselenggarakan di Semarang, bertujuan untuk menyambut bulan suci Ramadhan yang ditandai dengan pemukulan bedug oleh bupati dan para rakyatnya sebagai tanda jatuhnya tanggal 1 Ramadhan yaitu dimulainya bulan puasa serta melaksanakan kegiatan bersih-bersih. Acara megengan juga dilaksanakan di Kudus dengan nama dandangan. Dan masih banyak lagi tradisi- tradisi Jawa yang bernuansa keislaman seperti, slametan, slikuran, tumplak wajik dan nyadran.
Kebudayaan-kebudayaan Islam yang saya tunjukkan di atas merupakan contoh keagungan agama Islam di Pulau Jawa. Hampir sebagian besar masyarakat Jawa yang merupakan muslim membuat budaya Islam disambut dan senantiasa diperingati tiap tahunnya. Walaupun cara mempringatinya berbeda-beda di setiap daerah, namun hal yang diperingati tetap sama. Maka kesimpulan yang bisa kita ambil dari contoh- contoh tradisi di atas adalah budaya Islam membawa berkah untuk setiap umat yang memeluknya.
Wallahu a’lam bissawab
Buku Sumber :
Soepanto, dkk. 1991. Upacara Tradisional Sekaten Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber gambar: wikipedia, tirto.id