Ulama Pejuang Kemerdekaan Indonesia, Menyambut HUT RI ke 78

Bagikan

Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak lepas dari peran penting para tokoh-tokoh besar dan juga para ulama yang kelak menjadi pahlawan perjuangan bangsa terhadap penjajah yang datang ke bumi nusantara. Ulama turut mengeluarkan pikiran, harta bahkan nyawa untuk melawan penjajahan baik belanda atau jepang sangat berperan penting dalam kemerdekaan indonesia yang kini sudah kita rasakan lebih dari 77 tahun dan sekarang sudah 78 tahun, kendati demikian kita harus mengetahui sebagian besar saja karena ada istilah dari Presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno yang mengatakan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawan” yang mengetahui sejara”. Untuk itu, sebagai generasi penerus bangsa harus meneladani semangat dan nilai kepahlawanan dan menjadikan pahlawan sebagai tolak ukur dan panutan betapa bersyukurnya kita hidup di zaman dimana Indonesia sudah merdeka, untuk lebih jelasnya al-faqir menuliskan beberapa saja karena sebenarnya masih sangat banyak daftar nama ulama yang menjadi pahlawan kemerdekaan bangsa Indonesia.

  1. Kyai Haji Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah, Pendiri Nahdlatul Ulama (NU)
    Kyai Haji Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahab Hasbullah. Keduanya adalah ulama Indonesia yang sangat berpengaruh, bersama-sama mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur. NU merupakan organisasi Islam terbesar di Indonesia dan memainkan peran penting dalam menyatukan masyarakat dan kaum muslimin yang ada di Indonesia.
    Kyai Haji Hasyim Asy’ari terkenal karena usahanya dalam mempromosikan persatuan di antara umat Muslim.  Ia mendirikan Pesantren Tebuireng, di mana ia memperkenalkan ilmu pengetahuan umum dala kurikulum pesantren. Namun diluar dari itu semua hal lain yang akan selalu dikenang dari ulama kelahiran 14 febuari 1871 ini adalah perannya dalam memperjuangkan kemerdekaan, saat Belanda menduduki Indonesia KH. Hasyim Asy’ari dikenal dengan sikap tegasnya, ia menunjukan sikap menolak kebijakan kolonilan dan yang paling spektakuler ialah fatwa jihad, fatwa yang lahir dari pemikirannya pada 11 september 1945 tersebut berisi tentang ajakan ummat muslim untuk menentang dan siapapun yang mati karena memerangi para penjajah adalah meninggal dalam keadaan syahid. Kiai Wahab juga turut berkiprah untuk Tanah Air. Ia banyak berkontribusi dalam perjuangan melawan penjajah, baik sebelum kemerdekaan maupun setelah kemerdekaan. Selain itu Kiai Wahab juga memiliki peran, beliau wafat pada 29 Desember 1971. Atas jasanya untuk Ibu Pertiwi, Kiai Wahab mendapat gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014.
  2. Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah)
    Kyai Haji Ahmad Dahlan, lahir pada tanggal 1 Agustus 1868 di Yogyakarta, ia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dai keluarga KH. Abu Bakar yang merupakan seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912. Ahmad dahlan juga merupakan pendiri Muhammadiyah. Organisasi sosial-keagamaan ini berfokus pada aspek budaya, sosial, dan pendidikan daripada kepentingan politik. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Mekah, Ahmad Dahlan memulai misi untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh negeri. Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah berkembang menjadi kekuatan penting yang berkontribusi pada perjuangan kemerdekaan. Keterlibatan organisasi ini dalam Hizbul Wathan, gerakan pramuka, lebih memperkokoh peran mereka dalam perjuangan melawan penjajahan. Bahklan organisasi Muhammadiyah pada saat ini sangat berkembang pesat khusunya dalam bidang pendidikan dan sosial dalam membantu banyak masyarakat Indonesia.
  3. Kyai Haji Wahid Hasyim, Menteri Agama Pertama Indonesia
    Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914. Ia adalah ayah dari Presiden Indonesia keempat, Abdurrahman Wahid dan Menteri Agama Pertama di Indonesia. Kiai Wahid Hasyim merupakan anak kelima dari Pasangan Kiai Hasyim Asy’ari dan Nyai Nafiqah. Kyai Haji Wahid Hasyim dikenal sebagai Menteri Agama pertama Indonesia setelah kemerdekaan diumumkan. Namun, kontribusi yang kurang dikenal adalah peranannya dalam amandemen sila pertama Piagam Jakarta dalam Konstitusi.
    Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, terjadi perdebatan tentang rumusan sila pertama. Kyai Haji Wahid Hasyim mengusulkan untuk mengganti kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa“.
    Amandemen ini bertujuan untuk mengakomodasi keberagaman keyakinan agama di Indonesia sambil tetap mempertahankan persatuan.
  4. Kyai Haji Zainal Arifin, Panglima Hisbullah dan Pembela Kemerdekaan
    Kyai Haji Zainal Arifin, yang dikenal sebagai Panglima Hisbullah, adalah sosok berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan. Perjalanan kiprahnya dimulai ketika ia pindah ke Batavia (kini Jakarta) dengan latar belakang pendidikan agama yang solid dan terlibat dalam budaya Betawi dan Melayu. Ia aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan budaya dan menjadi pengacara tanpa pendidikan hukum formal. Ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, Zainal Arifin dibebaskan dengan harapan bahwa ia akan mendukung penguasa Jepang. Namun, ia menolak untuk berkerjasama, dengan alasan bahwa fasisme Jepang lebih berbahaya daripada imperialisme Belanda.
    Ketekunan tanpa henti dalam membela kedaulatan Indonesia akhirnya menyebabkan penangkapannya dan kematian tragis dalam konfrontasi dengan pasukan Jepang pada tahun 1944.
  5. Kyai Haji Nur Ali, Pendiri Pesantren Attaqwa dan Pembela Indonesia
    Kyai Haji Nur Ali, Dalam biografi KH Noer Ali Pahlawan Nasional karya Ali Anwar, pahlawan asal Bekasi ini dilahirkan di Desa Ujungharapan Bahagia, Babelan, Bekasi. Kala itu, daerah tersebut masih bernama Desa Ujungmalang, Onderdistrik Babelan.
    pahlawan nasional sejak tahun 2006, adalah seorang ulama ternama yang dikenal karena semangat revolusionernya.
    Pada tahun 1940-an, setelah pulang dari Mekah, ia mendirikan Pesantren Attaqwa di Bekasi Jawa Barat, yang berfokus pada penyebaran ilmu agama dan mempersiapkan para santrinya untuk berjuang melawan penjajahan. Kegiatannya menarik perhatian intelijen kolonial yang terus memantau Pesantren-nya. Meskipun selalu diawasi, Kyai Haji Nur Ali tetap teguh dalam dedikasinya pada tanah air. Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pahlawan nasional Bekasi ini pernah membentuk Laskar Rakyat yang terdiri dari 200 pemuda pada 1945. Adapun mereka adalah para santri dan pemuda di sekitar Babelan, Tarumajaya, Cilincing, hingga Muara Gembong. Tak sekadar bertempur, sebelumnya mereka dilatih dasar-dasar kemiliteran oleh TKR Bekasi dan Jatinegara. Selain itu, para anggota Laskar Rakyat ini juga dilatih secara mental dan rohani dengan cara berpuasa. Pada 29 November 1945, pasukan Inggris melakukan agresi ke Bekasi. KH. Nur Ali bersama pasukannya menghadang dan membuat mereka terpukul mundur. Tak berselang lama, pasukan Inggris kembali datang dengan lebih siap. Ia berperan penting dalam membimbing para santrinya untuk bergabung dalam pelatihan militer yang diselenggarakan oleh Jepang, sebagai persiapan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang akan datang.
  6. Pangeran Diponegoro, putra Sultan Hamengkubuwono III.  Pangeran Diponegoro adalah seorang pangeran Jawa yang memiliki minat tinggi dalam kehidupan agama dan berhubungan dengan rakyat biasa. Peran pentingnya dalam Perang Diponegoro dari tahun 1825 hingga 1830 menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia. Memimpin perlawanan sipil, gerakan Pangeran Diponegoro menyebar ke seluruh Jawa dan menantang kekuatan Belanda di bawah pimpinan Jenderal de Kock. Perang Diponegoro menjadi salah satu konflik bersenjata terbesar di Jawa pada saat itu, yang menunjukkan kekuatan dan tekad rakyat Indonesia dalam perjuangan menuju kemerdekaan.
  7. Kyai Haji Zainal Mustafa Zainal Mustafa adalah seorang ulama muda yang berani menentang penjajahan. Ia ditangkap dan dipenjara berkali-kali karena kegiatan perlawanannya. Saat Belanda menyerah kepada Jepang pada 8 Maret 1942, Indonesia berada di bawah pendudukan Jepang.Kyai Zainal Mustafa dibebaskan oleh Jepang dengan harapan bahwa ia akan mendukung mereka. Namun, ia menolak tawaran tersebut dengan menyatakan bahwa fasisme Jepang lebih berbahaya daripada imperialisme Belanda.Keteguhan sikap dan dedikasi dalam perjuangan kemerdekaan membuatnya terlibat dalam konfrontasi mematikan dengan pasukan Jepang pada 25 Februari 1944. Meskipun tragis, keberanian dan tekadnya tetap menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia. Perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah upaya bersama, dan kontribusi dari ketujuh ulama ini adalah bukti nyata kekuatan, ketahanan, dan persatuan rakyat Indonesia dalam perjuangan menuju kemerdekaan. Pribadi-pribadi luar biasa ini mencerminkan semangat bangsa dan berperan krusial dalam membentuk nasib Indonesia sebagai negara merdeka. Warisan mereka terus menginspirasi dan membimbing generasi masa depan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, persatuan, dan kemajuan bagi bangsa.

Sebenarnya masih sangat banyak sekali para pejuang yang merupaka ulama dizamannya diantartanya KH. Abbas (Buntet Cirebon), Syaikh Nawawi Al-Bantani yang pemikirannya dan murid-muridnya banyak menjadi Ulama terkenal seperti dua tokoh pendiri ormas islam terbesar  yaitu KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan, bahkan sebenarnya HOS Tjokroaminoto juga merupakan santri yang pernah mondok di Pondok Tegal Sari (Gontor Lama) yang kelak menjadi tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia, semoga dengan hikmah kemerdekaan ini kita sebagai manusia Indonesia terus menjadi lebih baik dan kita berdoa supaya negara ini terus berkembang lebih baik.

 

 

Dapatkan Promo spesial sekarang

Bagikan

Kirim Artikel

Ingin menulis di Inspiring Menulis? Berikut cara mudah untuk mengirim artikel.

Berita terbaru

Masuk | Daftar

Masuk atau daftar dulu biar bisa komen, bikin konten dan atur notifikasi konten favoritmu. Yuk!

Atau Gunakan