Inspiring.my.id – Waktu orang pada bertanya, apakah penyembah berhala itu masih ada?
Jawabannya adalah masih.
Bahkan umat yang dikata beriman kepada Tuhan saja masih ada yang menyembah berhala.
Apakah kita termasuk?
Salah bentuk penyembahan berhala modern adalah menggantungkan nasib kepada makhluk.
Sampai berfikir, kalau saya mau mendapatkan keinginan saya, maka saya harus meminta kepada orang itu.
Hingga punya fikiran hanya orang itu saja yang dapat menentuka takdir dan bagaimana saya nanti.
Memang betul jika kita ingin minum es teler, maka kita harus pergi ke tukang es teler itu.
Karena dia lah kita akan mendapatkan es teler.
Tapi, apakah hanya tukang es teler yang dapat memberi kita es teler? Sampai kita sangat yakin betul bahwa hanya tukang es teler itu yang bisa mengabulkan keinginan saya minum es teler.
Bisa jadi kita mendapat es teler justru dari tukang wedang jahe. Bisa mungkin bukan?
Ini hanya permisalan atau pengandaian kecil dari sikap kita selama.
Sikap yang memang sudah jadi tabiat manusia yaitu tempatnya salah dan dosa.
Selama ini, kita terlalu menggantungkan nasib kepada manusia.
Kita beranggapan bahwa hanya karena kekuatan dia saja kita dapat apa yang diinginkan.
Padahal, hakekatnya, orang yang kita menggantung kepadanya itu lemah dan hina pula di mata Tuhan.
Menggantungkan nasib kepada makhluk, itu malah sering membuat kecewa.
Sementara menggantungkan nasib kepada Tuhan, tidak akan pernah dikecewakan.
Bila hendak sesuatu, maka gantungkan dan pasrahkan semua kepada Tuhan.
Bukan kepada makhluk yang sering khianat dan dusta.
Sah² saja anda meminta bantuan kepada makhluk.
Cuma perlu diingat bahwa usaha anda itu dan makhluk yang anda pinta itu bukanlah penentu segala.
Usai meminta tolong kepada makhluk, segera kembali kepada Tuhan dan katakan pada-Nya:
“Duhai Tuhan, aku telah meminta bantuan kepada kawanku. Namun, aku tahu jika hanya Engkau yang menentukan segalanya. Kawanku hanya sebatas makhluk. Tidak ada kuasa baginya”
Sama juga dengan mereka yang sering menentukan nasib seseorang sesuai prasangka dan nafsunya saja.
Dengan berani memastikan bahwa si anu bakal masuk neraka, si anu bakal mati konyol, si anu tidak mungkin begini, dan si anu tidak mungkin begitu.
Siapa anda wahai tuan? Siapa yang memberimu hak berkata demikian? Apakah anda seorang nabi atau rasul?
Saya kira nabi dan rasul saja tidak pernah begitu.
Ingatkah anda dengan kalam Rasul bahwa prasangka itu ialah seburuk-buruk kabar?
Tapi tak bisa dipungkiri bahwa kita sering ceroboh dalam menghakimi sesuatu hanya dari sisi yang kita lihat saat itu.
Saat melihat pemabok, maka kita langsung berucap kalau pemabok ini pasti masuk neraka.
Sekali lagi, siapa kita wahai saudara sekalian?
Sifat angkuh dan sombong itu sulit dihilangkan.
Saya pribadi juga kadang merasa begitu.
Sering menganggap orang lain sombong, padahal diri ini sedang sombong kala menuduh orang lain sombong.
Semoga Tuhan mengampuni kita semua.
Intinya adalah:
Serahkan semua urusan kepada Tuhan. Tetap berusaha untuk menggapai segala keinginan. Namun tetap bahwa semua ada di tangan dan kuasa Tuhan.
Ingatlah bahwa hanya kepada Tuhan kita meminta dan mengadu. Manusia pada hakekatnya lemah dan hina. Tidak bisa apa².
Latih diri untuk tidak angkuh dan sombong. Seakan² mumi Fir’aun itu diberi nyawa kembali.
Inilah nasehat guruku pada diriku.
Bantal Merah, 29 September 2020A
AbdoellahNafi’