Ora Ndelok Bocahe, Tak Ndelok Kitabe
Hikayat Jubah Kanjeng Kiai
Bila anda melaksanakan sholat Jumah di Masjid Jami’ Gontor, maka anda melihat imamnya mengenakan jubah dan ghutrah yang dipasang di kepala.
Itulah beliau Al Fadhil Kiai Hasan Abdullah Sahal, putra dari Kanjeng Kiai Ahmad Sahal.
Jujur saja, sampai cerita ini saya dengar, saya masih terheran-heran.
Mengapa beliau memakai jubah saat mengimami jumatan? Pasti ada alasan dibalik ini.
Rupanya alasan di balik itu adalah karena beliau menunaikan cita-cita dari dawuh ayahandanya, Kiai Ahmad Sahal.
Kiai Ahmad Sahal pernah bergumam yang mungkin redaksinya begini:
“Masjid sebesar dan semegah ini kalau imamnya pakai jubah bagaimana ya?”
Namun, Allah terlanjur
kangen dengan wali-Nya yang bersahaja itu.
Kiai Ahmad Sahal dipanggil oleh Yang
Maha Kuasa sebelum Masjid Jami’ Gontor diresmikan. Beliau dary belum sempat الله تعالی menjadi imam di masjid yang besar itu.
Namun, beliau sudah lenggah dan tersenyum di sisi Allah, kekasihnya.
Sayang seribu sayang.
Sebetulnya ada satu keinginan Kiai Ahmad Sahal sebelum wafatnya. Yaitu bertemu dengan anak kesayangannya yang bernama Hasan.
Hasan inilah yang nantinya akan menjadi khalifahnya. Dirinya juga yang ditunjuk untuk menjadi pemangku masjid, sesuai wasiat dari ayahnya.
Saat malaikat juru pati akan uluk salam kepada Kiai Ahmad Sahal, beliau memandangi kitab-kitab milik Hasan muda yang dibawa dari Madinah.
Beliau juga melihat foto Masjid Jami’. Beliau tak dapat bangkit dari tempatnya, karena akan bersiap menyambut kedatangan malaikat juru pati yang akan membawa beliau kehadirat Ilahi.
Beliau sebenarnya sangat rindu berat kepada anaknya, Hasan. Tapi Hasan muda sedang berada di Mesir. Jarak antara Mesir-Jawa sangat jauh.
Sudahlah, malaikat juru pati sudah lama menunggu. Kiai Ahmad Sahal lantas berkata:
“Ora iso ndelok bocahe, tak ndelok kitabe”
Tidak bisa melihatnya orangnya, aku lihat kitabnya saja!
Itulah ungkapan cinta dan rindu seorang ayah kepada anaknya.
Apa yang menyangkut dengan anaknya, seperti bukunya, itu sudah dianggap orangnya.
Melihat kitabnya, laksana melihat rupanya.
Tak lama, malaikat
juru pati mendatangi Kiai
Ahmad Sahal. Lalu beliau diantar
menuju singgasana yang telah disiapkan Tuhan bagi para kekasih-Nya.
السلام عليك ورحمة الله وبركاته یا سیدنا یا مولانا
Diriwayatkan,
Hasan muda datang Beliau tak bertemu juga ke Gontor. ayahandanya, namun hanya bertemu nisannya.
Tak dapat dibayangkan rasa haru dan sedih yang menimpa ayah dan anaknya yang sama2 wali itu.
Untuk memenuhi keinginan ayahnya, tatkala Hasan menjadi kiai dan imam masjid, beliau mengenakan jubah dan ghutrah.
Begitulah ceritanya.
Kisah ini disampaikan pada hari Kamis, 17 September 2020 dan disimak oleh yang hadir pada hari itu.
Kursi, 20 September 2020