Islam sebagai agama samawi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW membawa tatanan kehidupan umat manusia.
Bagaimanatidak, suatu kaum yang awalnya hidup dalam kebiadaban dan krisis moral mampu berubah menjadi santun dan penuh ketaatan. Hal ini tentu tidak mungkin terjadi hanya karena kebenaran ajaran yang dibawa, melainkan ada peran Muhammad SAW yang berhasil menjalankan dakwahnya melalui strategi yang luar biasa
Begitu pula yang terjadi di bumi Nusantara ini. Agama Islam berhasil menyebar ke seluruh penjuru negeri tanpa melalui gerakan kemiliteran, melainkan melalui pendekatan sosial dan budaya. Kita ambil contoh di pulau Jawa misalnya, para walisongo yang mayoritas adalah keturunan Arab tidak serta merta menghabisi dan membumihanguskan adat istiadat masyarakat setempat. Akan tetapi mereka masuk dan mempelajari budaya pribumi dengan menyelipkan nilai-nilai islami didalamya.
Hal ini secara tidak langsung mengubah sudut pandang mereka sehingga menimbulkan adanya ketertarikan untuk menyelam lebih dalam terhadap apa yang disampaikan walisongo tersebut.
Ketika seseorang berusaha untuk mencari kebenaran sejati, maka Islam akan hadir sebagai jawaban atas segala kerancuan hidup. Mengapa demikian? Karena Islam diturunkan oleh pencipta alam semesta, sehingga Dia-lah Yang Maha Tahu atas segala hal yang terjadi di dalamnya. Seorang ulama’ berkata:
إن العقول مضطرة إلى قبول الحق
“Sesungguhnya akal itu akan dipaksa untuk menerima kebenaran”
Oleh karena itu, berdakwah akan kebenaran Islam adalah sesuatu yang sangat mudah, karena setiap manusia dianugerahi akal untuk menimbang mana yang benar dan mana yang salah. Sekarang tinggal bagaimana kita menentukan metode yang tepat sehingga dakwah yang kita bawa dapat diterima dengan mudah.
Hal ini tentu menjadi PR bagi kita selaku generasi muda agar selalu kreatif dalam menyampaikan pesan-pesan Islam. Berdakwah tidak harus dengan ceramah di atas podium, akan tetapi jadikanlah setiap gerak langkah kita sebagai bagian daripada dakwah ilallah (karena Allah).
Berapa banyak orang yang bekerja sebagai pedagang, petani, atau bahkan tukang becak namun mampu mencerminkan kepribadian islami yang sebenarnya. Sebagaimana perkatan Imam Al-Ghozali dalam Bidayatul Hidayah:
لسان الحال أفصح من لسان المقال
“Pesan melalui sikap dan perilaku akan lebih mudah dipahami daripada hanya sebatas kata-kata”
Semangat dakwah yang telah diwarisi para pendahulu hendaknya kita teruskan sesuai dengan keadaan umat saat ini. Akun media sosial yang kita miliki hari ini seharusnya mampu mengantarkan kita kepada kebahagiaan akhirat bukan malah menjerumuskan kita ke lembah kehinaan. Disamping itu, kita juga harus selektif dalam menyampaikan pesan- pesan dakwah. Jangan sampai niat baik kita untuk menyampaikan ajaran Islam justru menimbulkan konflik di tengah umat karena ketidaksiapan mereka dalam membahas isu-isu sensitif di dalam agama.
Maka, paculah diri kita untuk selalu berbuat baik kepada siapapun. Bukan untuk mengharap pujian, akan tetapi untuk menampilkan kepada khalayak bahwa Islam adalah agama yang luhur dan humanis. Dan tetaplah bersabar apabila usaha yang telah kita lakukan tidak membuahkan hasil, karena sejatinya Allah-lah pemberi hidayah kepada hati setiap hamba, sehingga kita tidak akan pernah berputus asa dan menyesal atas apa yang telah kita lakukan.
إنك لا تهدي من أحببت و لكن الله يهدي من يشاء (القصص:٥٦)
“Sungguh engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah-lah yang memberi hidayah kepada siapa-pun yang Ia kehendaki” (Al-Qosos:56)
*)Penulis merupakan Qari’ asal Madura
Sumber gambar: NU Online