Mengenang Ustadz Syukri, satu hal yang hampir dipastikan semua orang sepakat adalah energi beliau yang luar biasa dalam menjalankan kiprah dan perananya, baik di Gontor atau di Indonesia secara umum. Energi besar itu terpancar dari bahasa vokalnya, nada suaranya, bahasa tubuhnya, dan kehadirannya. Energi besar itu menggerakkan dirinya dan meradiasi orang-orang di sekitarnya.
Boleh dibilang tidak kenal kata capek untuk mengurusi manusia dan pesantren. “Ar-rohatu fi tabadulil amal,” pesannya yang selalu diperdengarkan ke santri. Definisi istirahat pun beliau ganti bukan dengan berhenti dari aktivitas, tetapi dengan melakukan rotasi aktivitas.
Energi besar juga menggerakkan kreativitas dan inovasinya. Langkah pembangunan infrastruktur Gontor mengalami perkembangan yang eksponensial. Tak pernah mengenal kata menthok. Berbagai jalan diterobos. “Inna fil harakoti barokatan,” pesan beliau yang saya tulis di agenda. Seluruh santri diperintahkan untuk dinamis karena berdinamika itu menarik berkah.
Energi besar itu juga membuat beliau anti-toleransi. Maksudnya, anti-toleransi terhadap penyimpangan yang ada kemungkinan Pondok dirugikan atau prinsip pendidikan pesantren dikorbankan. Kata seorang guru senior yang menjadi sahabat saya, dengan Ustadz Syukri itu kalau menyangkut masalah Pondok, 500 perak saja diurusi. Beliau hafal jumlah kran air untuk wudlu para santri dengan menghitung sendiri. Beliau mengambil keputusan rata-rata 27-30 keputusan setiap hari untuk Gontor dan cabang-cabangnya.
Energi besar itu kerap membikin “malu” kiai-kiai muda yang ditraining beliau. Bagaimana tidak, meski usia sudah tua (sebelum beliau sakit), tapi soal kelincahan berpikirnya, enduransi mentalnya, dan ketahanan fisiknya mengalahkan orang muda. “Kita masih capek luar biasa karena diajak berdiskusi semaleman mengenai leadership pesantren, e . . . habis subuh sudah ngajak olahraga,” demikian sekelumit cerita dari seorang kiai ke saya.
Tidak hanya santri dan bangunan, tapi pohon dan seluruh makhluk Allah di Gontor telah menjadi a living proof bahwa energi besar itu telah berkontribusi luar biasa bagi prestasi Gontor dan pendidikan Islam di Indonesia.
Meski berenergi tinggi yang membuat beliau orang berprinsip, tapi dalam pergaulan di tingkat nasional dan internasional, beliau memainkan fleksibelitas yang tinggi. Terbukti, jaringan koneksinya sangat luas.
RAHASIA ENERGI HATI YANG MELIMPAH
Untuk santri Gontor, untuk para tokoh dan para pemimpin bangsa di semua lini, sosok Ustadz Syukri jangan sampai berhenti hanya dikenang jasanya dan dipuji kiprahnya. Sebab, beliau adalah guru bangsa yang memiliki ‘taught-able legacy’ dan harus ditempatkan sebagai sumber pembelajaran, apalagi di era digital ini dimana 80% ilmu berada di internet dan di tokoh. Sisanya, di dalam tembok kelas.
Ustadz Syukri telah secara optimal mampu mengaktifkan sumber energi hati dengan dampak yang sudah kita bahas di muka. Darimana energi hati itu diaktifkan? Setiap orang bisa bicara sesuai kesimpulannya, tapi kalau dijelaskan berdasarkan konsep kecerdasan hati (heart intelligence), yang di-back-up oleh riset sains, mukasyafah spiritual, ajaran para nabi, dan petunjuk al-Quran, ada sedikitnya tiga poin yang bisa dijelaskan di sini.
Pertama, total appreciation. Riset ilmuwan HeartMath Institute menyimpulkan bahwa apresiasi hati, peduli (care), love, dan compassion (kasih sayang) adalah 4 kunci rahasia untuk mengaktifkan energi hati (The Science of the Heart: 2008).
Atas nama rahman Allah, siapapun yang mampu mengeluarkan apresiasinya, cintanya, pengabdiannya, dan pedulinya kepada peranan, tugas, atau tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya, pasti dan pasti ia dianugerahi energi besar. Titik. Mozart menyimpukan, ibunya kecerdasan adalah love.
Sebaliknya, meski dengan pengetahuan seabrek di kepala atau dengan skill yang mumpuni di tangan, tapi kalau tidak memiliki 4 kunci di atas, dipastikan energinya kecil. Dampaknya, tidak kreatif, cepat kalah, dan pori-pori kecerdasannya kurang optimal bekerja.
Al-Quran telah menginformasikan cara kerja sunnatullah demikian pada Surah Luqman: 12. “Sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu ‘Bersyukurlah kepada Allah. Siapa saja yang bersyukur, maka sungguh ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Tetapi siapa saja yang tidak bersyukur (kufur nikmat), maka sungguh Allah Maha Kaya, Maha Terpuji”.
Tidak ada yang bisa mendebat, siapapun yang mengenal Ustadz Syukri, dipastikan dapat menemukan total appreciation pada diri beliau. Apalagi landasan apresiasinya adalah iman.
Kedua, integrated determination (determinasi yang menyatu). Semua manusia yang tangguh dalam memperjuangkan kebajikan, dari kalangsan sahabat Nabi, dokter yang ditugaskan di daerah terpencil, bidan, kiai, dan seterusnya memiliki tiga determinasi yang terintegrasi (bertauhid) ini.
Dalam konsep kecerdasan hati, determinasi adalah kejelasan sasaran usaha yang benar-benar diperjuangkan seseorang, seperti macan tutul mengejar mangsa atau seperti pemuda mingincar bunga desa. Supaya energi hati berlimpah, maka dibutuhan penyatuhan tiga determinasi ke dalam kesatuan gerak langkah sehari-hari.
Ketiga determinasi tersebut adalah determinasi jangka pendek (target atau tujuan sekarang), jangka panjang (mimpi, visi, atau cita-cita), dan determinasi puncak (alfalah di akhirat). Untuk determinasi ini, Kiai Syukri adalah sosok yang harus diteladani banyak kiai, utamanya kiai alumni. Jangan kan hartanya, hidupnya saja sudah diwakafkan untuk perjuangan pesantren.
Ketiga, mature self-regulation. Segundang hasil riset di kecerdasan hati dan psikologi sudah memastikan bahwa manusia yang gagal mengontrol emosi hatinya (negatif feeling) akan gagal pula mengeluarkan energi hati. Paling-paling yang sering keluar adalah nafsu: amarah dan syahwat.
Maka sudah sangat saintifik ketika Rasulullah SAW berpesan: “Orang kuat itu bukan orang yang badannya gede (pegulat), tapi orang yang mampu mengontrol dirinya saat emosi sedang keos”, berdasarkan hadis riwayat HR. Ahmad dan Ibn Hiban.
Saya sendiri belum pernah dimarahi Ustad Syukri. Tapi, dari cerita kawan-kawan sewaktu Ustadz Syukri masih muda (usia beliau 40-tahun-an), banyak yang kena marah beliau. Itu terjadi pasti karena memang ada kesalahan. Artinya, marahnya beliau bukan marah yang ngawur dan ngamuk yang menguras energi hati, tapi marahnya seorang pemimpin, seorang kiai, seorang guru, dan seorang orangtua.
Selamat jalan Dr. HC. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Kami mengenangmu selamanya sebagai sosok K-I-A-I: Kamalul Ilmi, wal-Adabi, wal-Istiqomati.
By Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence Specialist